Oleh : U. Giri Maulana
Jika sekolah diibaratkan sebagai suatu ekosistem, maka sekolah merupakan ekosistem pendidikan yang di dalam terdapat faktor biotik dan faktor abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Faktor biotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur yang hidup yang mempengaruhi keberlangsungan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor biotik ini diantaranya : murid, kepala sekolah, guru, operator sekolah, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Faktor abiotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur tak hidup yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsungan sekolah. Faktor abiotik ini diantaranya : sarana prasarana, keuangan dan kebijakan/peraturan. Faktor biotik dan faktor abiotik merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Faktor biotik dapat mempengaruhi faktor abiotik, misalnya : kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial yang baik dapat mengoptimalkan pengelolaan keuangan dengan baik pula. Faktor abiotik juga bisa mempengaruhi biotiknya, misalnya : Jika sarana prasarana disekolah lengkap akan berpotensi pada nyamannya guru dan murid dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Ekosistem sekolah bisa berlangsung dengan baik jika
hubungan antara faktor biotik dan abiotik berada dalam keseimbangan. Seimbang
atau tidaknya hubungan antara faktor biotik dan abiotik sangat tergantung kepada
pendekatan pengelolaan sumber dayanya. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan
sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based
Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara
praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan
menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk
memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. Sedangkan
Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah
konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa
yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif
yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada
disekitar kita untuk dioptimalkan.
Dalam mengatasi tantangan kekurangan dalam kebutuhan
pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset
yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada
komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan
bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di
dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu: modal manusia, modal
sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik dan
modal agama dan budaya.
Penggunaan
pendekatan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid
menjadi lebih berkualitas. Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking)
dipandang lebih tepat digunakan untuk mengelola sumber daya yang terdapat pada
ekosistem sekolah. Sama halnya dengan pendaketan Inquiri Apresiati (IA), pendekatan
ini dapat menumbuhkan optimisme dalam pengelolaan sumber daya karena pendekatan ini memandang
semua sumber daya memiliki potensi yang
baik yang bisa dikembangkan dan ditumbuhkan. Dengan menggunakan pendekatan ini
seolah-olah semua sumber daya akan terlihat tanpa kelemahan/kekurangan meskipun
pada nyatanya memiliki kelemahan atau kekurangan. Kelemahan/kekeurangan yang
ada akan tertutupi oleh pandangan kekuatan yang ditumbuhkan. Pada akhirnya,
pendekatan ini akan mendorong semua sumber daya dengan potensi yang dimilikinya
untuk dioptimalkan termasuk didalamnya mengoptimalkan potensi murid sesuai bakat
dan minatnya. Hal ini sangat sesuai dengan filosofi pembelajaran Ki Hajar
Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Sebelum mempelajari materi “pemimpin pengelolaan sumber daya”
dalam pengelolaan sumber daya penulis memiliki kecendrungan menggunakan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Thinking). Pada waktu itu penulis meyakini bahwa untuk
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perlu diawali dari mengidentifikasi
kekurangan atau masalahnya yang akan dijadikan sebagai acaun. Tapi pandangan tersebut
berubah setelah mempelajri materi pada modul “pemimpin pengelolaan sumber daya” bahwa untuk mengelola
sumber daya dengan baik harus diawali dengan sesuatu atau pendekatan yang baik
yaitu Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan
(Asset-Based Thinking). Pendekatan ini dapat mengidentifikasi hal baik diantara
kekurangan atau masalah yang dimiliki sebuah sumber daya. Penulis meyakini
mulai dari hal baik inilah penulis lebih
bisa mengoptimalkan sumber daya disekolah dari pada harus mengoptimalkannya
dimulai dari kekurangan atau masalah.