Sabtu, 01 Mei 2021

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Oleh : U. Giri Maulana

 

Jika sekolah diibaratkan sebagai suatu ekosistem, maka sekolah merupakan ekosistem pendidikan yang di dalam terdapat faktor biotik dan faktor abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Faktor biotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur yang hidup yang mempengaruhi keberlangsungan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung.  Faktor biotik ini diantaranya : murid, kepala sekolah, guru, operator sekolah, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Faktor abiotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur tak hidup yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsungan sekolah. Faktor abiotik ini diantaranya : sarana prasarana, keuangan dan kebijakan/peraturan. Faktor biotik dan faktor abiotik merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Faktor biotik dapat mempengaruhi faktor abiotik, misalnya : kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial yang baik dapat mengoptimalkan pengelolaan keuangan dengan baik pula. Faktor abiotik juga bisa mempengaruhi biotiknya, misalnya : Jika sarana prasarana disekolah lengkap akan berpotensi pada nyamannya guru dan murid dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.  

Ekosistem sekolah bisa berlangsung dengan baik jika hubungan antara faktor biotik dan abiotik berada dalam keseimbangan. Seimbang atau tidaknya hubungan antara faktor biotik dan abiotik sangat tergantung kepada pendekatan pengelolaan sumber dayanya. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. Sedangkan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar kita untuk dioptimalkan.

 

Dalam mengatasi tantangan kekurangan dalam kebutuhan pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya.

Penggunaan pendekatan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking) dipandang lebih tepat digunakan untuk mengelola sumber daya yang terdapat pada ekosistem sekolah. Sama halnya dengan pendaketan Inquiri Apresiati (IA), pendekatan ini dapat menumbuhkan optimisme dalam pengelolaan  sumber daya karena pendekatan ini memandang semua sumber daya  memiliki potensi yang baik yang bisa dikembangkan dan ditumbuhkan. Dengan menggunakan pendekatan ini seolah-olah semua sumber daya akan terlihat tanpa kelemahan/kekurangan meskipun pada nyatanya memiliki kelemahan atau kekurangan. Kelemahan/kekeurangan yang ada akan tertutupi oleh pandangan kekuatan yang ditumbuhkan. Pada akhirnya, pendekatan ini akan mendorong semua sumber daya dengan potensi yang dimilikinya untuk dioptimalkan termasuk didalamnya mengoptimalkan potensi murid sesuai bakat dan minatnya. Hal ini sangat sesuai dengan filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sebelum mempelajari materi “pemimpin pengelolaan sumber daya” dalam pengelolaan sumber daya penulis memiliki kecendrungan menggunakan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking). Pada waktu itu penulis meyakini bahwa untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perlu diawali dari mengidentifikasi kekurangan atau masalahnya yang akan dijadikan sebagai acaun. Tapi pandangan tersebut berubah setelah mempelajri materi pada modul “pemimpin pengelolaan sumber daya” bahwa untuk mengelola sumber daya dengan baik harus diawali dengan sesuatu atau pendekatan yang baik yaitu Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan ini dapat mengidentifikasi hal baik diantara kekurangan atau masalah yang dimiliki sebuah sumber daya. Penulis meyakini mulai dari hal baik inilah penulis  lebih bisa mengoptimalkan sumber daya disekolah dari pada harus mengoptimalkannya dimulai dari kekurangan atau masalah.

PROSES PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS PADA MASA PEMBELAJARAN DARING

            Penyusunan kesepakatan kelas pada masa pembelajaran jarak jauh dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi whatsapp da...