Minggu, 22 Agustus 2021

PROSES PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS PADA MASA PEMBELAJARAN DARING

         


  Penyusunan kesepakatan kelas pada masa pembelajaran jarak jauh dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi whatsapp dan zoom meeting. Guru terlebih dahulu membagikan pesan berupa pengumuman di whatsapp grup kelas yang menyatakan “pada hari ini guru bersama murid akan membuat kesepakatan kelas daring”. Ternyata murid sangat antusias membaca pesan pengumuman tersebut dan banyak yang menganggapinya dengan kaempatt “siap Pak!” tapi ada juga yang menanggapinya dengan pertanyaan “apa pak kesepakatan kelas itu?”. Setelah banyak yang menanggapi pesan pengumuman tersebut guru menjelaskan tentang “apa kesepakatan kelas itu” dengan cara membagikan pesan “Baik anakanak bapak yang cerdas dan baik hati, kesepakatan kelas itu merupakan keputusan atau aturan yang dibuat bersama antara guru dan murid yang telah disetujui oleh murid”. Pada saat muridmurid membaca dan memahami pesan tersebut, guru membagikan pesan kembali “Jika sudah memahami tentang kesepakatan kelas, yuk! kita buat kesepakatan kelas, dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan berikut : seperti apa kelas daring yang kalian harapkan?, bagaimana kondisi temanmu pada saat pembelajaran daring?, bagaimana kondisi gurumu pada saat pembelajaran kelas daring?”. Ternyata jawaban yang paling banyak dari pertanyaan “seperti apa kelas daring yang kalian harapkan?” adalah kelas daring yang tertib dan menyenangkan. Jawaban yang paling banyak dari pertanyaan “bagaimana kondisi temanmu pada saat pembelajaran daring?” adalah teman yang disiplin dan aktif dalam pembelajaran. Jawaban yang paling banyak dari pertanyaan “bagaimana kondisi gurumu pada saat pembelajaran kelas daring?” adalah guru yang ceria dan semangat. Selanjutnya guru mengajak murid untuk melanjutkan diskusinya secara sincronus menggunakan aplikasi zoom meeting. 

              Sebelum masuk ke zoom meeting guru terlebih dahulu membuat presentasi power point tentang kesepakatan kelas, daftar pertanyaan yang dibagikan di whatsapp grup, daftar jawaban yang disampaikan murid pada whatsapp grup. Guru dan murid sama-sama memasuki ruang zoom meeting. Guru mempresentasikan power point yang sudah dibuat. Murid ditanya tentang cara untuk mencapai jawaban yang murid sampaikan di whatsapp grup, yaitu : Menurut kalian apa yang harus kita semua lakukan untuk mewujudkan “kelas daring yang tertib dan menyenangkan?”, Menurut kalian apa yang harus kita semua lakukan agar teman-temanmu “disiplin dan aktif dalam pembelajaran?”, Menurut kalian apa yang harus kita semua lakukan agar guru yang ceria dan semangat?”. Guru menulis jawaban semua murid yang menjawab di power point. Jawaban murid dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya : tepat waktu menyelesaikan tugas, tepat waktu mengikuti kegiatan daring, guru memberikan kegiatan daring yang variatif, mengikuti semua kegiatan daring, aktif dalam kegiatan daring, aktif bertanya jika ada permasalahan, aktif menjawab jika ada pertanyaan, saling menghormati, saling menyayangi, guru menjelaskan murid menyimak, dan saat tatap maya semua menyalakan video. Murid diajak untuk menyepakati empat jawaban yang dianggap paling penting dan harus ada pada kesepakatan kelas. Setelah diskusi disepakati empat jawaban yang dianggap penting, diantarnya : guru dan murid saling menghormati, tepat waktu mengikuti kegiatan daring, aktif bertanya dan menjawab pada kegiatan daring, dan guru menjelaskan murid menyimak. Selanjutnya guru membuat poster kesepakatan tersebut dengan cara menuliskan gambaran tingkahlaku yang diharapkan dari kesepakatan tersebut pada platform online “canva.com” yaitu: kami guru dan murid yang saling menghormati, kami murid yang tepat waktu mengikuti pembelajaran, kami murid yang aktif bertanya dan menjawab, kami murid selalu menyimak dengan khusyuk saat guru menjelaskan. Untuk menciptakan rasa memiliki di bagian bawah poster tersebut dituliskan kalimat “Dibuat dan disepakati oleh : murid dan guru kelas 6. Agar murid bisa melihat dan selalu mengingat kesepakatan kelas daring tersebut, murid diminta supaya memposting poster kesepakatan kelas daring di whatsapp story masing-masing setiap dua hari sekali.

           Sehari setelah kesepakatan kelas dibuat terjadi respon yang lebih positif pada kegiatan pembelajaran daring. Murid tepat waktu mengikuti kegiatan pembelajaran daring. Hampir semua murid mengikuti kegiatan daring, yang tidak mengikuti kegiatan daring memiliki alasan yang logis, misalnya kuota datanya habis atau HP nya dibawa orang tuanya kerja. Banyak murid yang bertanya tentang materi yang disampaikan. Pembelajaran daring pun terasa lebih menarik dan menyenangkan.  

             Masa pembelajaran daring dimana guru dan murid harus melakukan kegiatan pembelajaran tatap maya menjadi tantangan utama pada pembuatan dan impelemntasi kespekatan kelas. Guru tidak bisa mengontrol secara langsung implemetasi kesepakatan kelas tersebut. Adanya sistem “ngelag” mengakibatkan komunikasi murid dan guru terputus sehingga informasi tidak tersampaikan secara utuh. 

Kamis, 03 Juni 2021

3.1.a.8.1. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi

 Oleh. U. Giri Maulana

Dengan mengadaptasi pandangan pendidikan yang humanis Ki Hajar Dewantara menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Triloka, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat, yaitu: Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya). Filosofi Patrap Triloka dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Keputusan yang diambil seorang pimpinan pembelajaran harus bisa dijadikan contoh oleh lingkungannya terutama murid-muridnya. Supaya bisa dijadikan contoh tentunya keputusan yang diambil harus memperhatikan cita-cita atau harapan orang-orang yang terpengaruh dari keputusan tersebut. Seorang pimpinan pembelajaran harus lebih bijak dalam mengambil keputusan. Apakah keputusannya   bisa mendukung atau memberikan energi positif atau justru jadi sebaliknya.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang yang sudah diyakini kebenarannya tentunya akan berpengaruh pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Seseorang yang sudah meyakini bahwa nilai-nilai individualis harus lebih diutamakan  maka ia akan mengutamakan nilai-nilai pribadinya. Begitu juga seseorang yang lebih mementingkan nilai-nilai sosial tentunya dalam pengambilan keputusan pun akan lebih mengutamakan nilai-nilai sosialnya. Filosofi patrap triloka dapat dijadikan penyeimbang dalam mempengaruhi nilai-nilai yang tertanam. Tepat atau tidaknya keputusan yang diambil tergantung pada nilai-nilai yang tertanam pada diri seseorang.

Membuat keputusan yang efektif pada saat dihadapkan dengan situasi dilema etika atau bujukan moral haruslah menggunakan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah yang dapat digunakan adalah sembilan langkah pengambilan keputusan, yaitu : mengenali adanya nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, membuat keputusan, evaluasi dan refleksi. Pada situasi tertentu sembilan langkah tersebut tidak perlu digunakan semuanya tergantung kepada tingkat kerumitan masalahnya. Efektif atau tidaknya sebuah keputusan bisa dilihat dari langkah-langkah penyelesainya dan dampak positif dari keputusan yang dibuat.  Semakin sederhana langkah-langkah penyelesainya dan semakin  banyak dampak positif dari keputusannya, maka keputusan yang dibuat bisa dinyatakan efektif.

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan mempengaruhi keputusan dalam menyelesaikan masalah moral atau etika pada situasi dilema etika atau bujukan moral. Nilai-nilai yang dianut ini akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh pendidik yang lebih mengutamakan prinsip berbasis hasil akhir akan berbeda dengan keputusan pendidik yang lebih mengutamakan prinsip berbasis peraturan atau berbeda juga dengan pendidikan lebih mengutamakan prinsip berbasis rasa peduli.

Tepat atau tidaknya keputusan yang diambil oleh sorang pendidikan dapat berpengaruh pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Seorang pendidik dituntut untuk bisa memahami situasi dan kondisi permasalahan yang muncul. Tidak selamanya prinsip berpikir berbasis peraturan dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Tidak selamanya prinsip berpikir berbasis hasil akhir juga menghasilkan keputusan yang tepat. Begitu pula dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli bisa menghasilkan keputusan yang lebih tepat. Seorang pendidik harus lebih bijaksana dalam menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Seorang pendidik harus bisa memprediksi prinsip yang mana yang bisa menciptakan keputusan yang dampak positifnya lebih banyak.

Menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika akan terasa lebih sulit jika stakeholders yang terlibat memiliki prinsip-prinsip yang berbeda. Pengambil keputusan dengan prinsip tertentu tentunya akan mendapat penolakan stakeholders yang menggunakan prinsip yang berbeda. Meskipun demikian keputusan akan lebih efektif jika pengambil keputusan lebih bijaksana dan berfikir secara holistik.

Pada akhirnya keputusan yang diambil oleh seorang pendidik akan berpengaruh kepada pengajaran yang memerdekakan murid. Pendidik yang bijak dalam mengambil keputusan akan memahami keputusan yang seperti apa yang berpihak pada murid. Pendidik harus berpikir secara holistik dalam mengambil keputusan, untuk mengakomodir semua kepentingan. Pada situasi tertentu, adakalanya peraturan yang dibuat terlalu membatasi pengajaran yang memerdekakan murid. Disinilah pentingnya pendidik lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Pendidik harus memahami prinsip yang mana yang akan digunakan sebagai acuan.

Keputusan yang buat seorang pendidik akan berpengaruh kepada murid-muridnya. baik atau tidak nya pengaruh yang diterima murid tergantung pada baik atau tidaknya keputusan yang dibuat. Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada murid merupakan motivasi seorang pendidik  dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya.

Kesimpulan akhir terkait modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika.

Sabtu, 01 Mei 2021

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Oleh : U. Giri Maulana

 

Jika sekolah diibaratkan sebagai suatu ekosistem, maka sekolah merupakan ekosistem pendidikan yang di dalam terdapat faktor biotik dan faktor abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Faktor biotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur yang hidup yang mempengaruhi keberlangsungan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung.  Faktor biotik ini diantaranya : murid, kepala sekolah, guru, operator sekolah, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Faktor abiotik dalam ekosistem sekolah merupakan unsur-unsur tak hidup yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsungan sekolah. Faktor abiotik ini diantaranya : sarana prasarana, keuangan dan kebijakan/peraturan. Faktor biotik dan faktor abiotik merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Faktor biotik dapat mempengaruhi faktor abiotik, misalnya : kepala sekolah yang memiliki kompetensi manajerial yang baik dapat mengoptimalkan pengelolaan keuangan dengan baik pula. Faktor abiotik juga bisa mempengaruhi biotiknya, misalnya : Jika sarana prasarana disekolah lengkap akan berpotensi pada nyamannya guru dan murid dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.  

Ekosistem sekolah bisa berlangsung dengan baik jika hubungan antara faktor biotik dan abiotik berada dalam keseimbangan. Seimbang atau tidaknya hubungan antara faktor biotik dan abiotik sangat tergantung kepada pendekatan pengelolaan sumber dayanya. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. Sedangkan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar kita untuk dioptimalkan.

 

Dalam mengatasi tantangan kekurangan dalam kebutuhan pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya.

Penggunaan pendekatan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking) dipandang lebih tepat digunakan untuk mengelola sumber daya yang terdapat pada ekosistem sekolah. Sama halnya dengan pendaketan Inquiri Apresiati (IA), pendekatan ini dapat menumbuhkan optimisme dalam pengelolaan  sumber daya karena pendekatan ini memandang semua sumber daya  memiliki potensi yang baik yang bisa dikembangkan dan ditumbuhkan. Dengan menggunakan pendekatan ini seolah-olah semua sumber daya akan terlihat tanpa kelemahan/kekurangan meskipun pada nyatanya memiliki kelemahan atau kekurangan. Kelemahan/kekeurangan yang ada akan tertutupi oleh pandangan kekuatan yang ditumbuhkan. Pada akhirnya, pendekatan ini akan mendorong semua sumber daya dengan potensi yang dimilikinya untuk dioptimalkan termasuk didalamnya mengoptimalkan potensi murid sesuai bakat dan minatnya. Hal ini sangat sesuai dengan filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sebelum mempelajari materi “pemimpin pengelolaan sumber daya” dalam pengelolaan sumber daya penulis memiliki kecendrungan menggunakan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking). Pada waktu itu penulis meyakini bahwa untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perlu diawali dari mengidentifikasi kekurangan atau masalahnya yang akan dijadikan sebagai acaun. Tapi pandangan tersebut berubah setelah mempelajri materi pada modul “pemimpin pengelolaan sumber daya” bahwa untuk mengelola sumber daya dengan baik harus diawali dengan sesuatu atau pendekatan yang baik yaitu Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan ini dapat mengidentifikasi hal baik diantara kekurangan atau masalah yang dimiliki sebuah sumber daya. Penulis meyakini mulai dari hal baik inilah penulis  lebih bisa mengoptimalkan sumber daya disekolah dari pada harus mengoptimalkannya dimulai dari kekurangan atau masalah.

Kamis, 25 Maret 2021

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 

PERAN COACH DI SEKOLAH

Oleh : U. Giri Maulana

 

Praktik coaching di sekolah merupakan proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang diungkapkan Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun anak mencapai kodratnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Guru sebagai coach dengan praktik coachingnya dapat mewujudkan pembelajaran yang merdeka dengan menuntun murid tumbuh maksimal sesuai dengan latar belakang, kemampuan, dan potensinya masing-masing. Coach dengan proses coachingnya dapat mengaktivasi kerja otak murid, dengan pertanyaan – pertanyaan reflektifnya dapat membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya dan menjadi lebih leluasa dalam melakukan metakognisi pemahaman.

Coach dengan praktik coachingnya dapat menumbuhkembangkan kemampuan sosial emosional murid secara oftimal. Coach akan membangun hubungan dan komuniasi dengan baik terhadap murid untuk menggali kemampuan, untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosional kehidupan seseorang. Sehingga dengan demikian seorang murid mampu meraih keberhasilan dalam melaksanakan tugas sehari-hari seperti belajar, membentuk hubungan/ berinterkasi, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks.

Coach dengan praktik coachingnya dapat memaksimalkan kesiapan belajar murid, membantu murid menemukan minat belajarnya dengan tepat, dan bisa menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan keinginannya. Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Hal inilah yang dapat memudahkan guru dalam mempraktikan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

 

Selasa, 09 Maret 2021

2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional

 

Pembelajaran Sosial Emosional
Oleh. U. Giri Maulana

               Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan  pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta, membuat keputusan yang bertanggungjawab.

Ruang lingkup implementasi pembelajaran sosial emosional, yaitu :

1.        Kegiatan rutin: kegiatan yang dilakukan di luar waktu belajar akademik sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing

2.        Terintegrasi dalam pembelajaran: sebagai strategi pembelajaran atau diintegrasikan dalam kurikulum

3.        Protokol: budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu

Kompetensi sosial emosional terdiri dari kesadaran diri-pengenalan emosi, pengenalan diri-pengelolaan emosi dan fokus, kesadaran sosial-empati terhadap orang lain, keterampilan berhubungan sosial (resiliensi/daya lenting), pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Teknik STOP dapat digunakan untuk mengelola kesadaran diri, teknik STOP bisa dilakukan dengan cara Stop atau berhenti sejenak dari kegiatan, Take a deep breath atau Tarik nafas dalam-dalam, observe atau amati/perhatikan semua yang dirasakan, Proceed atau lanjutkan kembali semua kegiatan. contoh teknik pembelajaran sosial emosional diantaranya beranapas dengan kesadaran penuh, identifikasi diri, melukis dengan jari, membuat jurnal diri, membuat puisi , dan lain-lain

            Pembelajaran sosial emosional dapat mendorong terciptanya merdeka belajar disekolah, memudahkan mewujudkan profil pelajar pancasila,   mendukung kemampuan anak untuk berhasil mengelola tugas kehidupan sehari-hari seperti belajar membentuk hubungan, memecahkan masalah sehari-hari seperti belajar, memecahkan masalah sehari-hari dan berdaptasi dengan tuntutan pertumbuhan.

Jumat, 05 Maret 2021

2.2.a.7. Demonstrasi Konstektual - Pembelajaran Sosial dan Emosional

TEKNIK PEMBELAJARAN KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL
PADA PEMBELAJARAN MATERI VOLUME PRISMA TEGAK SEGITIGA
Oleh : U. Giri Maulana

            Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Ada banyak teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi sosial emosional, misalnya pada kegiatan pembelajaran materi volume prisma tegak segitiga dapat menggunakan teknik kesepakatan pembelajaran, teknik BEBELAP (Belajar Bareng Lagu Pembelajaran), teknik diskusi dan presentasi hasil, dan teknik window shopping. Teknik kompetensi sosial emosial tersebut dapat digunakan secara kolaboratif dalam satu pertemuan.


1. Teknik kesepakatan pembelajaran

        Teknik kesepakatan pembelajaran dapat menumbuhkan kompetensi sosial emosional murid dalam hal mengambil keputusan yang bertanggung jawab pada ruang lingkup protokol atau melekat pada tata tertib kelas.  Teknik ini bertujuan supaya murid mengerti apa yang diputuskanya bisa berdampak pada dirinya, sehingga mereka diharapkan dapat memutuskan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Teknik ini dapat dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran dengan cara mengembangkan nalar kritis dan kreatifitas murid dalam menentukan kesepakatan aturan yang diusulkan dan disepakati oleh para murid. Guru dapat memancing pendapat murid dengan melontarkan pertanyaan, misalnya : apa yang harus dilakukan supaya kegiatan pembelajaran berlangsung tertib dan menyenangkan?. Setelah para murid menjawab beberapa pertanyaan, guru dapat menuliskan jawabannya di papan tulis atau karton. Dari beberapa jawaban tersebut, bersama para murid disepakati untuk dijadikan aturan yang merupakan kesepakatan bersama selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru dapat mengingatkan kesepakatan bersama secara berkala atau pada waktu murid melanggar kesepakatan.

 

2. Teknik BEBELAP (Belajar Bareng Lagu Pembelajaran)

        Teknik BEBELAP merupakan teknik pembelajaran kompetensi sosial emosional yang menumbuhkan pengelolaan diri atau pengelolaan emosi dan fokus murid pada waktu pembelajaran berlangsung pada ruang lingkup terintegrasi pada mata pelajaran. Kegiatan BEBELAP diawali dengan mengidentifikasi lagu populer dikalangan para murid. Lagu yang dipilih merupakan lagu yang liriknya pendek hal ini dimaksudkan agar para murid mudah dalam mengingatnya. Kegiatan selanjutnya menentukan materi pelajaran yang akan dijadikan lirik lagu pembelajaran. Misalnya pada pembelajaran materi prisma tegak segitiga. Lagu yang dipilih adalah lagu balonku ada lima dan lirik lagunya sebagai berikut:

 

LAGU PRISMA TEGAK SEGITIGA

(Versi : Balonku ada Lima)


aku prisma segi tiga
sisinya tiga tambah dua
dua kali tiga titik sudutnya
rusuknya tiga kali tiga

volumenya bagaimana? Hey
carilah luas alasnya
lalu kalikan tinggi
ketemulah hasilnya



3.  Teknik diskusi dan presentasi hasil

        Teknik diskusi dan mepresentasikan hasilnya dapat menumbuhkan kompetensi sosial emosional para murid dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada ruang lingkup terintegrasi dalam pembelajaran. Tujuan teknik ini adalah supaya murid mengerti apa yang diputuskanya bisa berdampak pada dirinya atau kelompoknya sehingga mereka diharapkan dapat memutuskan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Teknik ini pada kegiatan pembelajaran materi prisma tegak segitiga dapat dilakukan dengan cara meminta murid berdiskusi secara berkelompok untuk menurunkan rumus volume balok menjadi rumus volume prisma tegak segitiga. Setelah disepakati kesimpulan diskusi oleh masing-masing kelompok, tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya.

 

4. Teknik window shopping

        Teknik window shopping dapat menumbuhkan dapat menumbuhkan kompetensi sosial emosional para murid dalam hal keterampilan sosial pada ruang lingkup terintegrasi dalam pembelajaran. Teknik ini bertujuan agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lainnya yang pada akhirnya akan tumbuh keterampilan sosial pada murid. Teknik ini pada kegiatan pembelajaran materi prisma tegak segitiga dapat dilakukan dengan cara memajang hasil diskusi masing kelompok di dinding-dinding. Setiap anggota kelompok akan diberikan tugas dan peran masing-masing. Ada kelompok yang bertugas menjaga pajangan hasil diskusi yang bertugas memberikan penjelasan pada anggota kelompok lain serta ada anggota kelompok yang bertugas sebagai pengunjung yang akan memberikan masukan, saran atau pertanyaan terhadap hasil diskusi kelompok yang lainnya. Anggota kelompok yang bertugas sebagai pengunjung akan berkeliling secara bergantian mengunjungi kelompok yang lainnya. Setelah waktu yang ditentukan selesai masing-masing anggota kembali kekelompok masing-masing.

         Berikut disajikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memakai kompetensi sosial emosional dengan teknik-teknik tersebut pada materi prisma tegak segitiga.

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan

:

SDN Cigombong 01

Kelas/Semester

:

VI/II

Mata Pelajaran

:

Matematika

Jumlah Pertemuan

:

1 pertemuan

Alokasi Waktu

:

2 x 35 menit

 

A.    TUJUAN PEMBELAJARAN

1.    Melalui diskusi model window shopping tentang prisma tegak segitiga, murid dapat menentukan volume prisma tegak segitiga dengan tepat.

2.     Melalui pengamatan model prisma tegak segitiga, diskusi dengan model window shopping, murid dapat menghitung volume prisma tegak segitiga menggunakan rumus dengan benar

3.    Setelah menyimak penjelasan guru dan tanya jawab murid dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan volume prisma tegak segitiga dengan benar

 

B.        MEDIA/SUMBER BELAJAR

1.    Media :

Jaring – jaring balok dan prisma                     

2.    Sumber Belajar :

Buku matematika kelas 6

 

C.        KEGIATAN PEMBELAJARAN

1.      Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a.    Apersepsi : Guru menanyakan bangun dan volume balok

b.    Informasi tentang tujuan pembelajaran

c.    Membuat kesepakatan kelas/pembelajaran (KSE)

2.      Kegiatan Inti (40 menit)

a.         Guru membimbing murid melakukan peragaan untuk menemukan rumus volume prisma tegak segitiga (eksplorasi)

b.         Murid dibagi dalam beberapa kelompok (eksplorasi)

c.         Setiap kelompok diberikan 1 jaring – jaring prisma segitiga dan balok yang telah disiapkan oleh guru.

d.         Untuk kelompok murid yang sudah memahami volume balok :

1)        Murid diminta untuk membuat balok dari jaring-jaring balok yang sudah disediakan

2)        Murid diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya membandingkan bentuk dan ukuran balok dan prisma tegak

3)        Murid diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya menentukan hubungan antara ukuran balok dan ukuran prisma tegak segitiga

4)        Murid diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya menentukan rumus prisma tegak segitiga dengan cara menurunkannya dari rumus balok

e.         Untuk kelompok murid yang belum memahami volume balok :

1)        Murid diminta untuk membuat balok dari jaring-jaring balok yang sudah disediakan

2)        Murid diajak untuk mengingat kembali rumus volume balok

3)        Murid diminta untuk menunjukan panjang, lebar dan tinggi balok

4)        Murid diminta untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi balok dengan penggaris

5)        Murid diminta untuk menghitung volume balok tersebut

6)        Murid diminta untuk membuat prisma segitiga dan balok dari jaring-jaring prisma tegak  segitiga dan jarring-jaring balok yang sudah disediakan.

7)        Murid diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya menentukan hubungan antara ukuran balok dan prisma tegak segitiga

8)        Murid diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya menentukan rumus prisma tegak segitiga dengan cara menurunkannya dari rumus balok

 

f.          Murid memajang LKPM hasil diskusinya di dinding-dinding

g.         Dengan model window shopping murid bertanya jawab dengan kelompok lainnya tentang hasil diskusinya (KSE)

h.         Guru membimbing murid bersama-sama menulis rumus volume prisma tegak segitiga dengan benar

i.           Guru dan murid bersama-sama menyanyikan “lagu prisma” (KSE)

j.           Guru meminta murid mengerjakan soal volume prisma tegak segitiga dengan cara berdiskusi bersama anggota kelompoknya

k.         Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan (KSE)

l.           Guru bersama murid bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan

m.      Guru meminta murid mengerjakan soal cerita tentang volume prisma segitiga

n.         Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan maupun keberhasilan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru mengenai meteri volume prisma segitiga

3.      Penutup ( 20 menit )

a.         Murid diberi beberapa soal tentang volume prisma segitiga untuk dikerjakan

b.         Jika waktu tidak cukup, maka soal dapat dikerjakan di rumah sebagai Pekerjaan Rumah

c.         Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

d.         Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam

 

D.       PENILAIAN

Sikap 

:

Observasi terhadap sikap komitmen murid dalam menyelesaikan tugas

Pengetahuan

:

Menunjukkan pengetahuan tentang tentang volume prisma tegak segitiga

Keterampilan

:

Mendemonstrasikan keterampilan menulis kata atau kalimat sederhana.

 

Strategi dan Alat Penilaian:

Penilaian Sikap

-  Strategi            : Observasi

-  Alat                  : Catatan Anekdot

 

Nama murid

Catatan sikap & tgl

Analisis

Catatan sikap & tgl

Analisis

Catatan sikap & tgl

Analisis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penilaian Pengetahuan dan Keterampilan

-          Strategi              : Unjuk kerja

-          Alat                    : Checklist

 

Contoh Penilaian Ranah Pengetahuan dan Keterampilan

Indikator

 

Checklist

Catatan

Pengetahuan

Tercapai

Berkembang

Baru mulai terlihat

 

Menunjukkan pengetahuan tentang volume prisma tegak segitiga

 

 

 

 

Keterampilan Menulis

Tercapai

Berkembang

Baru mulai terlihat

Catatan tambahan terkait diferensiasi

Struktur kalimat

 

 

 

 

Kosakata

 

 

 

 

Kreativitas

 

 

 

 


LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN MURID (LKPM)

RUMUS VOLUME PRISMA TEGAK SEGITIGA

 

No. Absen        : ………………………………………………………………………

Kelompok        : ………………………………………………………………………

Nama               : ………………………………………………………………………

Kelas                : VI (enam)

 

Lakukanlah kegiatan berikut dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompok dan jawablah setiap pertanyaannya!

1.    Rangkailah jaring-jaring balok yang sudah disediakan menjadi balok

2.    Rangkailah jaring-jaring prisma tegak segitiga yang sudah disediakan menjadi prisma tegak segitiga

3.    Bandingkan bentuk dan ukuran balok dan prisma tegak segitiga!

 

 UKURAN PRISMA TEGAK SEGITIGA   =        ...          x  UKURAN BALOK

 

4.    Dengan demikian, volume prisma tegak segitiga adalah ….

Volume prisma tegak segitiga = …   x volume balok

Volume prisma tegak segitiga = …   x AB x BC x BF

Volume prisma tegak segitiga = …   x Luas persegi ABCD x BF

Volume prisma tegak segitiga = Luas segitiga       x BF

Volume prisma tegak segitiga =  x ….

 

5.    Dari uraian tadi, dapat disimpulkan bahwa pada prisma tegak segitiga berlaku rumus berikut :

V     =            x    

 

 

 

 

LEMBAR EVALUASI

VOLUME PRISMA TEGAK SEGITIGA

 

No. Absen        : ………………………………………………………………………

Nama               : ………………………………………………………………………

Kelas                : VI (enam)

 

Kerjakanlah soal berikut dengan tekun dan cermat!

1.        Perhatikan gambar prisma tegak segitiga berikut dan tentukan volumenya!

 

 

 

2.        Sebuah prisma segitiga siku-siku mempunyai tinggi 20 cm, panjang sisi alas 12 cm dan 9 cm. Berapa volume prisma tersebut?

 

3.        Sebuah tenda mempunyai volume 60 cm3 dan luas alas bagian segitiganya 5 cm2. Tentukan panjang tenda tersebut!

 

4.        Sebuah mainan berbentuk prisma tegak segitiga mempunyai volume 174 cm3. Jika alas segitiga siku-siku mempunyai panjang sisi 3 cm dan 4 cm maka tentukan tinggi mainan prisma tersebut!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


PROSES PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS PADA MASA PEMBELAJARAN DARING

            Penyusunan kesepakatan kelas pada masa pembelajaran jarak jauh dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi whatsapp da...