Oleh. U. Giri Maulana
Dengan
mengadaptasi pandangan pendidikan yang humanis Ki Hajar Dewantara menemukan
istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Triloka, atau
tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat, yaitu: Ing
ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh), Ing madya mangun karsa (di tengah
membangun cita-cita), Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya). Filosofi
Patrap Triloka dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab. Keputusan yang diambil seorang pimpinan pembelajaran harus bisa
dijadikan contoh oleh lingkungannya terutama murid-muridnya. Supaya bisa
dijadikan contoh tentunya keputusan yang diambil harus memperhatikan cita-cita
atau harapan orang-orang yang terpengaruh dari keputusan tersebut. Seorang
pimpinan pembelajaran harus lebih bijak dalam mengambil keputusan. Apakah
keputusannya bisa mendukung atau
memberikan energi positif atau justru jadi sebaliknya.
Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri seseorang yang sudah diyakini kebenarannya tentunya
akan berpengaruh pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Seseorang yang
sudah meyakini bahwa nilai-nilai individualis harus lebih diutamakan maka ia akan mengutamakan nilai-nilai
pribadinya. Begitu juga seseorang yang lebih mementingkan nilai-nilai sosial
tentunya dalam pengambilan keputusan pun akan lebih mengutamakan nilai-nilai
sosialnya. Filosofi patrap triloka dapat dijadikan penyeimbang dalam
mempengaruhi nilai-nilai yang tertanam. Tepat atau tidaknya keputusan yang
diambil tergantung pada nilai-nilai yang tertanam pada diri seseorang.
Membuat
keputusan yang efektif pada saat dihadapkan dengan situasi dilema etika atau
bujukan moral haruslah menggunakan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah
yang dapat digunakan adalah sembilan langkah pengambilan keputusan, yaitu :
mengenali adanya nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa saja yang
terlibat, mengumpulkan fakta-fakta, pengujian benar atau salah, pengujian
paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi
trilemma, membuat keputusan, evaluasi dan refleksi. Pada situasi tertentu
sembilan langkah tersebut tidak perlu digunakan semuanya tergantung kepada
tingkat kerumitan masalahnya. Efektif atau tidaknya sebuah keputusan bisa
dilihat dari langkah-langkah penyelesainya dan dampak positif dari keputusan
yang dibuat. Semakin sederhana
langkah-langkah penyelesainya dan semakin
banyak dampak positif dari keputusannya, maka keputusan yang dibuat bisa
dinyatakan efektif.
Nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik akan mempengaruhi keputusan dalam menyelesaikan
masalah moral atau etika pada situasi dilema etika atau bujukan moral.
Nilai-nilai yang dianut ini akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang digunakan
dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh pendidik yang lebih
mengutamakan prinsip berbasis hasil akhir akan berbeda dengan keputusan
pendidik yang lebih mengutamakan prinsip berbasis peraturan atau berbeda juga
dengan pendidikan lebih mengutamakan prinsip berbasis rasa peduli.
Tepat
atau tidaknya keputusan yang diambil oleh sorang pendidikan dapat berpengaruh
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Seorang
pendidik dituntut untuk bisa memahami situasi dan kondisi permasalahan yang
muncul. Tidak selamanya prinsip berpikir berbasis peraturan dapat menghasilkan
keputusan yang tepat. Tidak selamanya prinsip berpikir berbasis hasil akhir
juga menghasilkan keputusan yang tepat. Begitu pula dengan prinsip berpikir
berbasis rasa peduli bisa menghasilkan keputusan yang lebih tepat. Seorang
pendidik harus lebih bijaksana dalam menggunakan prinsip-prinsip pengambilan
keputusan. Seorang pendidik harus bisa memprediksi prinsip yang mana yang bisa
menciptakan keputusan yang dampak positifnya lebih banyak.
Menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika akan terasa lebih sulit
jika stakeholders yang terlibat memiliki prinsip-prinsip yang berbeda.
Pengambil keputusan dengan prinsip tertentu tentunya akan mendapat penolakan
stakeholders yang menggunakan prinsip yang berbeda. Meskipun demikian keputusan
akan lebih efektif jika pengambil keputusan lebih bijaksana dan berfikir secara
holistik.
Pada
akhirnya keputusan yang diambil oleh seorang pendidik akan berpengaruh kepada
pengajaran yang memerdekakan murid. Pendidik yang bijak dalam mengambil
keputusan akan memahami keputusan yang seperti apa yang berpihak pada murid.
Pendidik harus berpikir secara holistik dalam mengambil keputusan, untuk
mengakomodir semua kepentingan. Pada situasi tertentu, adakalanya peraturan yang
dibuat terlalu membatasi pengajaran yang memerdekakan murid. Disinilah
pentingnya pendidik lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Pendidik harus
memahami prinsip yang mana yang akan digunakan sebagai acuan.
Keputusan
yang buat seorang pendidik akan berpengaruh kepada murid-muridnya. baik atau
tidak nya pengaruh yang diterima murid tergantung pada baik atau tidaknya
keputusan yang dibuat. Dengan memberi
nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada murid merupakan motivasi
seorang pendidik dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan
berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu
keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya.
Kesimpulan
akhir terkait modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
dengan modul-modul yang telah
dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai
kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala
proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan
kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun
masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik
harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi
social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang
membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal
inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui
permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching.
Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami
oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan
jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya
postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik
yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita
guru masa depan, dan proses pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar